Haji: Update Energi Spiritual

Opini oleh: Dr. H. Syamsuar, M.Ag (Ketua STAIN Meulaboh)

Aceh Barat- Bagi jutaan umat Muslim di seluruh dunia, haji merupakan momen monumental. Antusiasme masyarakat terhadap penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025 tampak jelas di media sosial. Hari ini, Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 12.30 WIB, frasa kata kunci “Kemenag Untuk Haji” dan tagar #JNK_Keagamaan masuk jajaran top trending topic di Twitter Indonesia. Ribuan warganet menyuarakan dukungan, doa, dan rasa terima kasih atas dimulainya proses keberangkatan jamaah haji Indonesia ke Tanah Suci tahun ini.

Secara teknis, pelaksanaan Haji 2025 menunjukkan peningkatan signifikan dalam hal pelayanan, teknologi, dan manajemen jamaah. Pemerintah Arab Saudi, bekerja sama dengan negara-negara pengirim jamaah termasuk Indonesia, terus memperkuat sistem digitalisasi visa, pemantauan kesehatan, dan akomodasi yang berbasis teknologi pintar. Sistem e-Hajj dan pengelolaan transportasi digital telah memudahkan banyak aspek logistik. Ini adalah wujud bahwa haji kini tak hanya bicara soal ibadah, tetapi juga manajemen jemaah skala raksasa yang kompleks dan dinamis.

Namun terlepas dari itu semua, haji merupakan perjalanan ruhani yang mengajak manusia untuk kembali pada fitrah. Hari ini kita merasakan dunia bergerak cepat,  manusia semakin rentan terjebak dalam rutinitas duniawi yang kering makna. Tekanan pekerjaan, tuntutan sosial, dan arus informasi yang tak pernah berhenti membuat banyak orang kehilangan ruang untuk diri sendiri, untuk merenung, bahkan untuk mendekat kepada Allah.

Haji hadir sebagai jawaban atas kebutuhan itu. Ia bukan hanya sekadar perjalanan fisik, melainkan perjalanan batin yang membawa seseorang kembali pada fitrah: tunduk, pasrah, dan berserah sepenuhnya kepada Allah SWT.

Rangkaian ibadah haji, seperti tawaf, sa’i, wukuf di Arafah, dan melempar jumrah, memiliki makna perjuangan spiritual dan pengorbanan. Di tengah jutaan manusia yang mengenakan pakaian ihram tanpa status sosial, jabatan, atau kemewahan dunia, semua manusia berdiri sama dihadapan Sang Pencipta. Inilah momen refleksi dan kesadaran bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara.

Sepulang dari haji, seseorang tidak hanya pulang membawa raga, jiwa yang telah melalui proses pembersihan yang dalam. Ia telah mengalami pembaruan batin, menjadi lebih sabar, lebih rendah hati, lebih peduli sesama, dan lebih taat dalam menjalani nilai-nilai Islam. Haji menjadi titik balik menuju pribadi yang lebih baik.

Namun, pembaruan ini harus dijaga agar tak cepat usang. Seperti perangkat lunak yang terus diperbarui agar tetap optimal, energi spiritual haji pun harus terus dirawat dengan ibadah, dzikir, dan amal. Jika tidak, maka semangat yang membuncah di tanah suci bisa pudar seiring waktu.

Maka, mari kita maknai haji sebagai ajang “update energi spiritual” yang bukan hanya menjadi pengalaman sekali seumur hidup, tetapi awal dari kehidupan yang lebih bermakna, baik secara pribadi maupun sosial.[]

HUMAS – STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh

Leave a comment


Slot Gacor Slot Gacor
Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor