
Pakar manajemen mutu perguruan tinggi, Dr Helmy Saifuddin MPhil, menyampaikan pentingnya penguatan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dalam menghadapi akreditasi perguruan tinggi (APT) SAPTO 2.0.
Hal itu disampaikan Helmy pada Review Rencana Strategis (Renstra) STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh tahun 2025–2029 dan penyusunan data pendukung APT SAPTO 2.0 di Mata Ie Resort, Kamis 4 Desember 2025.
Helmy menjelaskan, keberhasilan akreditasi sangat ditentukan oleh sistem mutu yang berjalan dengan baik dan didukung oleh dokumen yang lengkap.
“Kuncinya adalah kampus punya sistem. Sistem penjagaan mutu internal harus didukung dokumen. Tidak ada dokumen, berarti tidak ada sistem,” ujarnya.
Menurutnya, kegiatan pembelajaran atau perkuliahan tidak bisa diukur keberhasilannya bila tidak memiliki standar dan indikator yang jelas.
Helmy menegaskan, setiap visi perguruan tinggi harus dirumuskan bersama indikator dan target yang terukur. Tanpa itu, sebuah institusi tidak dapat mengetahui apakah telah mencapai tujuan yang ditetapkan.
“Visi kampus harus memiliki indikator. Jika tidak, sampai kapan pun kita tidak akan tahu apakah visi itu sudah tercapai atau belum. Itu inti dari sistem,” ungkapnya.
Ia juga mengajak perguruan tinggi untuk mengubah pola pikir dalam tata kelola kampus, sebagaimana diatur dalam PP Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi.
Menurutnya, ada lima unsur yang wajib berfungsi dalam tata kelola perguruan tinggi, yakni pengambil kebijakan, pelaksana akademik, pengawasan, pendukung akademik dan sumber belajar, serta pelaksana tata usaha.
Kurang dari 10 Persen Perguruan Tinggi Raih Akreditasi Unggul
Helmy menyebut bahwa dari sekitar 4.000 perguruan tinggi di Indonesia, belum mencapai 10 persen yang berhasil meraih akreditasi unggul. Namun demikian, ia menegaskan bahwa STAIN Meulaboh memiliki peluang besar untuk naik kelas.
“Kita harus ambil posisi sebagai kampus yang diperhitungkan. Kampus kecil pun bisa unggul, banyak contohnya. Sebaliknya, kampus besar juga bisa tidak berkelanjutan,” kata Helmy.
Helmy berpesan, seluruh aktivitas akademik dan non-akademik harus terdokumentasi dengan baik sebagai bagian dari sistem informasi dan dokumentasi mutu.
Ia juga mengapresiasi sistem SPMI di STAIN Meulaboh, namun menilai masih perlu konsistensi dalam pelaksanaannya.
“Apapun yang kita lakukan sebaiknya didokumentasikan. Sistem SPMI kita sebenarnya bagus, hanya perlu ditangani dengan benar dan konsisten,” jelasnya.
Helmy juga mengingatkan pentingnya komitmen bersama, kerja sistematis, serta dukungan spiritual dalam menghadapi proses akreditasi yang menjadi bagian dari peningkatan kredibilitas kampus.
“Akreditasi itu rutin, tapi harus dikelola dengan serius. Harus ada kedisiplinan, keterukuran, dan komitmen, termasuk melalui ikhtiar spiritual,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, Prof Dr H Syamsuar MAg menyampaikan apresiasi atas pendampingan yang diberikan. Ia menegaskan bahwa penguatan sistem mutu menjadi prioritas kampus dalam menghadapi APT SAPTO 2.0.
“Penguatan mutu bukan hanya kebutuhan akreditasi, tetapi bagian dari komitmen kita untuk meningkatkan kualitas layanan akademik dan tata kelola kampus,” ujarnya.
Syamsuar menambahkan bahwa pihaknya bertekad menjadikan STAIN Meulaboh sebagai perguruan tinggi yang berdaya saing dan adaptif terhadap perkembangan standar pendidikan tinggi nasional.
“Kami optimis, dengan kerja bersama, konsistensi, dan pendampingan para ahli, STAIN Meulaboh dapat mencapai hasil terbaik dalam akreditasi mendatang. Ini menjadi momentum untuk memperkuat budaya mutu di seluruh unit kerja,” tambahnya.
Ia juga mengajak seluruh sivitas akademika untuk menjaga komitmen dan meningkatkan sinergi demi mewujudkan visi kampus yang lebih progresif.[]