TIPD, STAIN Meulaboh- Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, Prof Dr Phil Kamaruddin Amin, MA, memberikan kuliah umum di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh, Selasa 8 Mei 2018, di aula kampus setempat.
Dalam paparannya singkatnya Kamaruddin Amin menjelaskan, Indeks perkembangan pendidikan Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara. Seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Indonesia hanya sedikit lebih baik dibanding Myanmar, Laos dan Papua Nugini.
“Kita masih menangah dalam produksi ilmu pengetahuan maupun penelitian,” ujar Kamaruddin.
Kamaruddin mengatakan, karenanya, tantangan Kementerian Agama dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam baik negeri maupun swasta ke depan adalah meningkatkan mutu dan kualitas SDM. Jika dilihat dari angka persentase Nasional, saat ini masih ada anak Indonesia yang belum mendapatkan akses untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
“Hanya 31 persen yang sudah mendapatkan akses,” ungkap Kamaruddin.
Kamaruddin menuturkan, jika melihat angka statistik SDM di perusahaan dan semua sektor perindustrian dan lain-lain, masih didominasi oleh pekerja yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dan SMP. Sedangkan lulusan perguruan tinggi hanya sepuluh persen. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap tingkat kualitas Indonesia, jika bersaing dengan negara-negara lain.
Menjawab persoalan tersebut, lanjut Kamaruddin, Kementerian Agama mencoba melakukan berbagai terobosan untuk memberi akses selua-luasnya kepada masyarakat. Di antara yang dilakukan yaitu, membuka prodi sebanyak-banyaknya, agar seluruh masyarakat dapat mengakses dengan mudah sesuai dengan keinginan mereka. Tentu dengan aturan yang sesuai dengan aturan.
Selain itu, Kementerian Agama juga telah melakukan membantu perubahan status perguruan tinggi, dari STAIN menjadi IAIN, dari IAIN menjadi UIN. Dalam tiga tahun terakhir, Kementerian Agama telah mengubah 30 STAIN menjadi IAIN dan 14 IAIN menjadi UIN. Meski demikian, Kamaruddin mengingatkan, kulitas tetap yang utama.
“Kita menargetkan pada tahun 2019 nanti, semua STAIN sudah menjadi IAIN. Jadi tidak ada lagi STAIN, kecuali Perguruan Tinggi Agama Islam yang baru dibangun,” tegas Kamaruddin.
Menurut Kamaruddin, hal tersebut menjadi instrumen untuk memberikan akses pelayanan pendidikan tinggi bagi masyarakat. Karena Indonesia adalah negara yang sangat luar biasa dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi.
“Kita tidak boleh hanya memberikan aksesnya saja terhadap masyarakat, yang tak kalah pentingnya adalah SDM dosen juga harus bagus. Kalau mau mahasiswanya bermutu, tentu dosennya juga harus berkualitas dan potensial,” kata Kamaruddin mengingatkan.
Ia berpesan, STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh harus mampu menjamin mutu dan kualitas pendidikan. Meski berada di daerah, namun harus memiliki kualitas dan mutu berstandar internasional. Itu yang kita harapkan.
“Meski belajarnya di Meulaboh, tapi referensi nya itu berstandar internasional. Baca buku internasional, tapi kita kaji di STAIN Meulaboh. Sehingga belajar di sini sama saja seperti di perguruan tinggi terbaik di dunia. Mahasiswa meulaboh rasa internasional,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua STAIN Teungku Dirudeng Meulaboh, Dr Syamsuar, M.Ag menyampaikan, saat ini pihak kampus sedang bersiap untuk beralih status dari STAIN menjadi IAIN. “Tahun ini, kita telah diberi anggaran sebesar Rp 26 miliar untuk pembangunan tiga gedung baru,” ujarnya.
Kuliah umum dengan tema “Aceh Role Model Islam Moderat dan Toleran Dunia” tersebut turut dihadiri Bupati Aceh Barat yang diwakili Asisten II, Marhaban,SE, Kepala Kemenag Barat Selatan Aceh, guru Madrasah, dosen dan mahasiswa.
Dipublis TIM TIPD