Meulaboh | Tiga guru besar pendidikan, Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof. Dr. H. Nasir Budiman, MA, UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan Prof. Dr. Amroeni Drajat, M.Ag UIN Sumatera Utara, menjadi pembicara pada seminar nasional Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh, Senin 19 September 2016, di aula kampus setempat.
Seminar nasional dengan tema Pendidikan Karakter Sebagai Jawaban Pendidikan Masa Depan ini, merupakan rangkaian kegiatan Milad dua tahun penegerian STAIN Teungku Dirundeng.
Dalam materinya Mudjia Rahardjo menyampaikan, perkembangan satu daerah sangat ditentukan oleh kualitas perguruan tinggi yang ada dalam menghasilkan lulusan bermutu. Karenanya, sebagai lembaga pendidikan tinggi, kampus harus mampu membentuk karakter peserta didik yang istikamah (integritas), ikhlas, jihad dan amal saleh.
“Inti dari pendidikan karakter bukan hanya cerdas dari segi intelektual semata, namun perpaduan antara ilmu, pengalaman dan pengabdian. Hal inilah yang harus menjadi dasar pijakan tiap lulusan perguruan tinggi,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, kondisi dunia hari ini terus mengalami perubahan, karenaya Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) harus mampu menjawab tiap tantangan yang ada. Menurunya ada empat hal yang harus dilakukan PTKIN dalam pembentukan karakter peserta didik. Pertama Pemahaman baru tentang lembaga pendidikan tinggi Islam. Kedua, pendekatan baru dalam pengembangan ilmu (bahwa model keilmuan yang dikotomik sudah tidak lagi relevan). Ketiga, pengembangan keilmuan interdisipliner bahkan multi disipliner lebih relevan. Keempat, merevisi tugas dan peran lembaga pendidikan tinggi Islam ( merawat dan mengembangkan peradaban Islam yang sesuai dengan perkembangan zaman).
“Tiap PTKIN yang ada di indonesia ini harus menyesuaikan dirinya dengan kebutuhan tuntutan zaman, termasuk STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh. Jika tidak, PTKIN akan semakin tertinggal,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Nasir Budiman dan Amroeni Drajat. Dilihat dari landasan pendidikan Islam adalah pembinaan akhlak mulia dengan menekankan pada fungsinya sebagai al-Hidayah (petunjuk), al-Furqan (yang membedakan yang baik dan buruk), al-Hakim (sebagai wasiat yang adil), al-Bayyinah (keterangan), al-Syifa‘ (sebagai obat), dan rahmatan lil ‘alaimin (sebagai rahmat bagi seluruh alam).
Dengan demikian, pendidikan karakter dalam pendidikan Islam mendapat tempat dan perhatian luar biasa, hal ini dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu Islam memandang bahwa pendidikan merupakan suatu usaha membangun karakter umat manusia secara utuh (kaffah), sehingga ia menjadi ummat yang ideal (ummatan-wasathan), dan ummat yang baik (khaira ummah). Islam memiliki peran untuk menyelamatkan manusia dari kehancuran dengan cara memberi petunjuk dan pendidikan Islam berpedoman pada nilai-nilai Islam.
“Pendidikan karakter yang menekankan pada habit atau kebiasaan dipraktikkan dan dilakukan secara terus menerus, biasanya sangat efektif dijalankan di jalur pendidikan keluarga dan masyarakat,“ jelas Nasir Budiman.
Selain guru besar, seminar tersebut juga diisi oleh Ketua STAIN Teungku Dirundeng Meulaoh, Dr. H. Syamsuar, M.Ag dan Bupati Aceh Barat, DR (HC). H. Teuku Alaidinsyah.[]