Oleh : Mukhsinuddin,S,Ag, M.M*
Perguruan Tinggi hari ini dihadapkan dengan berbagai peluang dan kesempatan yang dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Kemampuan menyikapi tantangan dan tren yang dibawa oleh zaman akan sangat menentukan apakah sebuah perguraun tinggi dapat tetap kompetitif atau kehilangan pasar. Tantangan dan tren inilah yang memaksa dan mengharuskan perguruan tinggi untuk menerapkan keilmuannya, dengan mengedepankan prinsip-prinsip efisiensi pembiayaan, memperhitungkan setiap risiko dan kemampuan untuk memprediksi tantangan dan tren ke depan.
Peran pimpinan perguruan tinggi akan semakin menyerupai manajer perusahaan. Manajemen perguruan tinggi makin menitikberatkan pada akuntabilitas. Salah satu dampak dari perubahan ini adalah bergesernya fokus pendidikan dari sasaran utamanya, yaitu mahasiswa. Tuntutan masyarakat akan kualitas pendidikan tinggi yang bermutu dan murah pasti akan menyulitkan perguruan tinggi dalam mendesain, baik program maupun kepastian lulusannya agar dapat diterima pasar kerja.
Meningkatkan Kualitas Perguruan Tinggi Islam
Dengan adanya otonomi pendidikan sebenarnya telah membawa dampak baik dan perkembangan untuk Perguruan Tinggi Islam di Indonesia, sebagai otonomi dan kebebasan akademis dalam beberapa hal sangat strategis yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi Islam . walaupun adanya kontroversial, dalam batas tertentu kita harus menganggapnya sebagai kebutuhan yang bisa fleksibel. Otonomi adalah hak bagi setiap institusi untuk memutuskan apa yang baik bagi sebuah institusi tanpa ada gangguan dari pihak luar. Konsep ini jelas datang dari semangat kebebasan akademis, ketika hak-hak akademis individu untuk mengekspresikan opini mereka terjamin.
Perguruan Tinggi Islam (PTI) haruslah memproduksi seluruh produk yang berkaitan dengan keagmaaan, sosial, politik dan budaya yang selalu berhadapan langsung dengan kehidupan masyarakat. Karena itu, keseluruhan proses belajar mengajar di (PTI) secara moral dan intelektual haruslah independen dan terlepas dari semua kepentingan politik dan kekuasaan. Kebebasan dalam menjalankan proses belajar mengajar dan melakukan riset secara terbuka merupakan pilihan strategis dan fundamental bagi Perguruan Tinggi Islam hari ini, dalam rangka menjaga independensinya di tengah-tengah masyarakat.
PTI haruslah secara konsisten dan konsekuen menjaga prinsip-prinsip otonomi. Pertama, hak untuk menjalankan etika akademis secara akuntabilitas para dosen, staf akademik dan lainnya yang beretika agar dapat mengembangkan kapasitas akademisnya. Kedua, ada kapasitas untuk memutuskan apa dan bagaimana proses belajar mengajar harus dijalankan, Ketiga, adanya kemampuan untuk menyeleksi mahasiswa dan mengevaluasi performance mereka secara mandiri dan bertanggungjawab. Keempat, dapat memilih topik-topik riset yang mereka inginkan tanpa harus takut akan intervensi pihak luar.
Di samping soal otonomi, beberapa isu penting soal bagaimana seharusnya sebuah PTI merespon perkembangan keagamaan, sosial dan budaya masyarakat juga harus diperhatikan. Isu tentang strategi kolaborasi yang harus dijalankan oleh Perguruan Tinggi Islam, strategi pendanaan, dan pentingnya memikirkan segmentasi yang bersinergi dengan bursa kerja merupakan keharusan yang perlu dipikirkan, direncanakan dan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, dalam rangka menarik minat mahasiswa pada PTI untuk kepentingan pasar. Mau tidak mau dan suka atau tidak, PTI harus membuka program-program yang menyentuh kemasyarakatn dan sinergi bursa pasar.
Selain itu, menjalin jejaring adalah kata kunci yang harus dikembangkan secara terus-menerus setiap PTI dalam rangka mencari pola partnership yang tepat antara PTI dengan lembaga-lembaga lainnya. PTI diharapkan juga jeli dalam menjalin kolaborasi dengan Sekolah Menengah Umum tertentu dan Madrasah sebagai basis input-nya. Jika strategi kolaborasi ini berjalan, perencanaan pendidikan menjadi lebih mudah disosialisasikan ke masyarakat. Dengan demikian, pembukaan prodi-prodi baru di PTI, terutama STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, harus berorientasi pada pasar atau kebutuhan masyarakat. []
*Penulis adalah dosen tetap pada Prodi Manajemen Pendidikan Islam.