HUMAS, STAIN Meulaboh – STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh yudisium sarjana strata satu (S1) angkatan XV Tahun Akademik 2022/2023 sebanyak 143 lulusan dari masing-masing Jurusan yang ada, diantaranya Syariah dan Ekonomi Islam, Tarbiyah dan Keguruan, serta Dakwah dan Komunikasi. Senin, 31 Juli 2023
Yudisium yang dihadiri oleh mahasiswa, pimpinan STAIN dan tamu undangan lainnya, berjalan dengan lancar.
Dr Erizal selaku Wakil Ketua 1 bidang Akademik dan Kelembagaan sekaligus sebagai ketua panitia dalam kata sambutannya mengatakn, bahwa pada semester genap 2022/2023 ini kampus berhasil menyudisiumkan mahasiswa sebanyak 143 dari Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam sejumlah 88 mahasiswa, jurusan Tarbiyah dan Keguruan sebanyak 41 mahasiswa dan Jurusan Dakwah dan Komunikasi Islam sebanyak 14 orang.
Selain itu ia juga menyampaikan yudisium tahun ini berhasil meluluskan mahasiswa terbaik sebanyak 11 orang.
“Jaga selalu almamater kampus, karena anda perpanjangan tangga dari STAIN” tutupnya.
Adapun Dr. Muhajir Al Fairusy, MA sebagai orator ilmiah dan selaku dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi Islam yang juga antropolog lulusan UGM dalam orasi ilmiahnya menyampaikan moderasi dan pendidikan sebagai bekal lulusan menjelaskan titik bangkit peradaban Aceh melalui nilai moderasi beragama. Secara spesifik, ia menjelaskan bagaimana peradaban Islam Aceh yang telah memfungsikan moderasi beragama sejak lama. Bagaimanapun, Aceh pada era kejayaannya terutama awal Abad Ke-17 M merupakan satu kawasan yang terbuka dengan dunia luar. Hal ini bisa dibuktikan dengan fasihnya raja-raja Aceh berbahasa Portugis sebagaimana dicatat oleh Muhammad Said dalam karyanya Aceh Sepanjang Abad. Tambahnya lagi
Keterbukaan Aceh ini yang menjadikan Adeh dikunjungi oleh berbagai bangsa dalam perdagangan rempah. Kondisi Aceh yang metropolitan memungkinkan Aceh melakukan hubungan dagang dengan bangsa-bangsa luar terutama Portugis Inggris Amerika dan Belanda Selain itu, Aceh juga mampu memproduksi cendekiawan kaliber Dunia Melayu dan Asia Tenggara, diantaranya Hamzah Fansuri Abdul Rauf as-singkili. Keduanya merupakan cendekiawan dari pantai barat Aceh tempat di mana STAIN Meulaboh hari ini menapak perkembangannya sebagai satu satunya PTKIN di Pantai Barat.
Selain itu, Aceh juga telah menganut konsep emansipasi perempuan dengan hadirnya dan diangkatnya perempuan menjadi ratu atau penguasa. Peristiwa sejarah ini, dapat dimaknai karena cara beragama di Aceh yang inklusif tidak eksklusif artinya moderasi beragama jauh sebelum dikumandangkan oleh kementerian Agama telah terlebih dahulu diterapkan oleh peradaban Aceh. Kondisi inilah yang seharusnya menjadi titik bangkit generasi Muda Aceh terutama yang telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi untuk terus mengembangkan jiwa moderat dalam setiap aspek. Ini juga bagian dari tanggung jawab mengembalikan nilai keacehan dan keislaman pada porosnya. Agama di Aceh harus kembali pada porosnya tutup Muhajir yang juga Ketua Senat STAIN Meulaboh.
Ketua STAIN Meulaboh, Dr. Syamsuar, M.Ag dalam kata sambutannya mengatakan, konsistennya memperjuangkan peralihan bentuk STAIN ke IAIN dalam waktu dekat, dan pembukaan program Pascasarjana. Kondisi ini akan kian memperkuat posisi STAIN Meulaboh dalam dinamika pengetahuan dan nilai moderasi agama di level pendidikan tinggi Islam, terutama di Aceh.[]