HUMAS, STAIN Meulaboh- Dalam memperingati milad ke 7, STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh mengadakan website seminar (webinar) Internasional dengan mengangkat tema Bermoderasi dan Berdemokrasi dengan Identitas Multikultural. Kamis, 16 September 2021Webinar yang dipandu oleh Dosen STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, Aan Muhammady, M.MLS turut dihadiri para narasumber-narasumber yang berkompeten dalam bidangnya.
Diantaranya, Prof. Dr. Mohd Roslan Bin Mohd Nur, dari University Malaya, Malaysia. Prof. Dr. Irwan Abdullah selaku Guru Besar Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Prof. Dr. Imam Taufiq, M.Ag Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang.
Selanjutnya, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Malikussaleh, Lhokseumawe, Dr. Danial, S.Ag. M.Ag,. Dr. Sullati Armawi, MA Dosen STAIN Teungki Dirundeng Meulaboh serta keikutsertaan anggota Panitia Pengawas Pemilihan (panwaslih) Provinsi Aceh, Marini, S.Pt.
Dalam sambutanya, Ketua STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, Dr. Inaytillah, M.Ag menyampaikan, sebagai satu-satunya Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Barat Selatan Aceh. STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh yang bernaung dibawah Kementerian Agama RI dengan ini juga diamanahkan untuk menjadi agen modersai beragama bagi bangsa.
Inayatillah menyebutkan, maka sudah sepantasnya menempatkan moderasi dan demokrasi sebagai pondasi dalam berfikir, gagasan sekaligus wajah dari kebudayaan di masa depan sebagai bangsa yang memiliki corak multikultural.
“Dengan begitu, STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh akan terus hadir dan merangkul wacana-wacana yang mengarah pada integrasi kebangsaan melalui pengabdian, penelitian dan pengajaran,” terang Inayatillah.
Disamping itu, salah satu narasumber dari UIN Walisongo, Prof. Dr. Imam Taufik menjelaskan, PTKIN harus menjadi pusat laboratorium bermoderat. Dimana kampus harus menjadi tempat literasi moderasi yang berguna bagi mahasiswa, agar memiliki kekayaan khazanah keislaman yang luas dan mendalam, sehingga bijak terhadap melihat kebijakan.
Ia melanjutkan, PTKIN memiliki kecakapan budaya untuk beradaptasi dengan perubahan zaman, sehingga melahirkan mahasiswa yang memiliki kepekaan dan kecerdasan kultural yang adaptif dan solutif.
“Maka dari itu setiap orang harus memiliki komitmen terbaik untuk bangsanya, dengan cara yang nyaman dan damai, serta menjadikan moderasi sebagai arus utama, maka kontribusi untuk semua semakin konkrit,” jelasnya.
Webinar yang berlangsung melalui Zoom Meeting tesebut, turut juga dihadiri oleh ratusan peserta baik itu dari dalam maupun luar Aceh.[]