Drs. H. M. Arif Idris, MA*

Akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah LGBT, kepanjangan dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender. Kemunculannya dianggap dapat menjadi ancaman terbesar bagi generasi muda Aceh, karena paham ini bertentangan dengan ajaran agama islam. “Virus” ini harus segera dicegah sedini mungkin.

Namun, tulisan ini tidak bermaksud membahas fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender), dari segi apa pun, sebagaimana sering didiskusikan selama ini. Tulisan ini lebih diarahkan pada karakter mahasiswa secara umum, yang sudah banyak mengarah ke LGBT dalam makna yang lain, yaitu “Le Gaya Buet Tan.” Loh, bagaimana bisa? Mari membuka mata dan berpikir jernih sejenak.

STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh memiliki lembaga kemahasiswaan yang terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM. Keberadaannya setara dengan presiden, gubernur atau bupati dalam pemerintahan. Kemudian ada himpunan yang mewakili tiap jurusan atau prodi. Ada juga unit-unit kegiatan kemahasiswaan lainnya, sebagai tempat pengembangan bakat minat mahasiswa. Hebat bukan?
Tentu saja hebat, karena tiap-tiap mahasiswa yang menjabat di salah satu lembaga kemahasiswaan tersebut adalah layaknya wakil rakyat yang mewakili mahasiswa lainnya. Layaknya pemerintahan, program-program pun harus disusun dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa STAIN pada umumnya.

Namun sayangnya, tidak semua lembaga kemahasiswaan paham akan hal itu. Ketika telah dipercaya menduduki satu jabatan dalam kelembagaan, penyakit lupa diri mulai menggerogoti. Tak ada satu pun program terealisasi secara pasti. Semua hanya sebatas seremoni. Pemilihan, pelantikan, baju rapi ditambah dasi dan juga peci.

Keberadaan lembaga kemahasiswaan sejatinya adalah wadah untuk menempa dan menggembleng diri. Di sana mahasiswa belajar bagaimana memimpin dan dipimpin. Melatih kepekaan terhadap sesama, membangun kebersamaan, menyusun dan melaksanakan sejumlah program yang pro rakyat (mahasiswa). Dengan begitu apatisme yang selama ini menyangkit mahasiswa dapat diminimalisir. Mari kita bangkit bersama, hilangkan semua gengsi, tak perlu banyak gaya, yang penting kerja nyata.

*Penulis adalah Wakil Ketua Bidang Akademik STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh