Meulaboh | Tim asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) melakukan visitasi Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh. Visitasi ini merupakan salah satu bagian proses akreditasi yang telah diajukan STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh ke BAN PT. Tim asesor BAN PT yang berkunjung ke STAIN yakni Prof. Dr. Diah Natalisa, MBA dari Unversitas Sriwijaya, Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, MS dari Universitas Lampung dan Suparto, M.Ed., Ph.D dari UIN Jakarta.
Akreditasi institusi perguruan tinggi STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh yang berlansung dari tanggal 14-16 Desember 2015 ini, merupakan proses evaluasi dan penilaian secara komprehensif atas komitmen perguruan tinggi terhadap mutu dan kapasitas penyelenggaraan program Tridarma perguruan tinggi, sekaligus untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan.
Wakil Ketua I STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, Mukhsinuddin, S.Ag, MM mengatakan, visitasi akreditasi ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan status perguruan tinggi. Untuk itu pihaknya sangat mengharapkan masukan-masukan dari tim asesor demi peningkatan kualitas STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh di masa akan datang.
“Kita akan berusaha semaksimal mungkin agar STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh mendapat nilai akreditasi institusi yang terbaik. Semua dokumen yang diperlukan telah disiapkan dengan baik,” ungkapnya.
Mukhsinuddin melanjutkan, visitasi akreditasi institusi STAIN Teungku Dirundeng merupakan yang pertama sejak dinegerikan tahun lalu. Meski menyadari masih banyak kekurangan yang harus dibenah, namun hal tersebut tak menyurutkan keinginan seluruh komponen kampus untuk mendapatkan nilai akreditasi dari BAN PT.
“Bahkan di seluruh perguruan tinggi yang ada di Barat Selatan Aceh, kita yang pertama mengajukan,” tegasnya.
Sementara Ketua Tim Asesor BAN PT Prof. Dr. Diah Natalisa, MBA mengatakan, akreditasi institusi merupakan satu kewajiban yang harus dipenuhi setiap lembaga pendidikan tinggi. Berkenaan tentang visitasi, tim asesor hanya bertugas untuk memverifikasi kelengkapan dokumen dan kebenaran fakta di lapangan sesuai dengan data-data yang telah diisi dalam borang.
“Selain juga turut memberikan masukan-masukan tentang mekanisme pengembangan perguruan tinggi,” ujarnya.
Menurutnya, di kampus mana pun juga, permasalahan utama yang sering ditemukan di lapangan saat visitasi adalah terkait pendokumentasian. “Banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan, tapi tidak terdokumentasi dengan baik,” jelasnya.[]