Ketua STAIN Meulaboh Mempraktikkan Moderasi Beragama

STAIN Meulaboh – Dr. H. Syamsuar, M.Ag Ketua STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh yang akrab disapa Abi Syamsuar dalam hal ini mempraktikkan tentang nilai-nilai moderasi beragama saat berada di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta (Soeta), Jakarta.

Saat itu Abi Syamsuar berjumpa dengan seorang yang berbeda agama namun saling mengedepankan rasa toleransi dan saling menunjukan nilai kejujuran dan lain-lain.

Namanya Engelus Elmas, tinggal di Belanda (Netherland) lahir di Maluku Tenggara (MalRa) di Pulau Kei dan sudah menetap selama 53 tahun di Belanda dan setiap tahunnya ia berlibur ke kampung di Pulau Kei, Mauku. Kebetulan pada pertemuan itu mereka menginap di satu tempat yang sama di Digital Airport Hotel.

Abi Syamsuar bersama Engelus Elmas saat melakukan foto selfie

Ia, Engelus Elmas bersama adiknya Leonardo Elmas berdiri paling kiri ujung dan kakaknya Juliana Ballestra Elmas yang saat ini tinggal di Prancis memiliki motto ‘satu dua tiga, keju belanda’.

Kakak Engelus Elmas berdiri di samping kanan Abi, memakai baju putih. Sementara 2 perempuan sebelah kiri Abi adalah mempunyai saudara di Nederland/Belanda yang menitipkan Keju Belanda untuk saudara mereka di Indonesia dan kedua ibu ini tinggal di jakarta. Kedua ibu tersebut ke bandara internasional Soekarno-Hatta, Terminal 2 mengambil oleh oleh tersebut.

Abi tidak menanyakan nama menantu ibu yg berdiri di samping kiri abi/saya. Namun perempuan tua yang ramah tersebut menginformasikan bahwa menantunya bekerja di Pidie-Aceh sebagai pegawai.

Lebih lanjut ibu yang cantik dan memakai baju hitam tersebut mengatakan bahwa keluarganya sedang berlibur ke Aceh, Pulau yang berada di Sumbagut/Sumatera Bahagian Utara.

Tidak lama setelah jumpa, Engelus Elmas menitipkan barang barangnya kepada Abi. Dia begitu percaya dgn Abi (mungkin karena ditilik dari pakaiannya memakai jubah dan kupiah putih hijau serta dihiasi Al Qur’an warna merah yang selalu ditentengnya kemanapun Abi pergi).

Kemudian Engelus pergi membeli minuman seraya menawarkan Abi “Pak Kiai minum apa”? saya menjawab  “minum kopi espresso”. Maka Elmas pun pergi menunaikan hajatnya membeli minuman Nescafe tiga kaleng dan kopi satu gelas putih.

Kami ngobrol lepas agak panjang sambil menunggu dekatnya waktu keberangkatan Engelus Elmas bersama adik dan kakaknya menuju ke MalRa (Maluku Tenggara).

Abi pun menelpon kawan seperjuangan di Ternate/Maluku yaitu Prof. Rajiman (Rektor IAIN Ternate), kami videocall serta dilanjutkan dengan ngobrol antara Rektor, teman Abi dengan Engelus Elmas tersebut. Akhirnya kedua mereka janjian jumpa di Maluku.

Engelus menilai, Abi merupakan orang yang komunikatif dan ia senang saat berbicara. Sekejap setelah itu, tangan Abi mencari nomor handphonep Mantan Rektor IAIN Ambon yaitu Dr. H. Hasballah Tuisutta, MA. Lalu videocall juga untuk memperkenalkan bahwa Abi juga mempunyai beberapa teman dari Maluku/Ambon. Mereka ngobrol lepas saling memperkenalkan diri yang katanya Dr. Hasballah pernah studi tour ke Belanda.

Pasca dua perkenalan pertama, Abi mem video call Prof. Dr. Hj. Eka Sri Mulyani (Direktur Pasca Sarjana) UIN Ar-Raniry Aceh sekarang. Dengan maksud agar mereka berdua bisa berbicara dengan bahasa Belanda. Akan tetapi, maksud ini gagal karena Ibu Prof Eka tidak mengangkat telepon selulernya, mungkin ada sesuatu hal yang impossible untuk didirect. Kami berdua maklum yang akhirnya pembicaraan dengan telepon genggam diakhiri.

Abi memperkenalkan ibu Eka karena beliau mengambil program Magisternya di Nederland/Belanda.

Dalam hal ini menjadi cerita pertemuan dua anak negeri yang berbeda warga negara dimana yang satu Abi Syamsuar (Indonesia) sementara Engelus Elmas warga negara Nederland/Belanda. Abi Syamsuar atas nama Pembina Dayah Darul Muta’allimin Seuneubok, Meulaboh.  Aceh Barat – Aceh, juga sebagai Rektor Perguruan Tinggi STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh sedang menunjukkan sekaligus mengaplikasikan nilai nilai Moderasi beragama.

Dimana pada perbincangan yang berlangsung atas dasar kebenaran dan pengalaman serta saling mempercayai, meskipun berbeda agama dan keyakinan. Namun mereka yakin bahwa nilai kejujuran dan persahabatan antara dua negara Belanda dan Indonesia perlu dijaga serta dilestarikan tanpa harus menoleh ke belakang dimana dua negara ini saling berperang pada tiga abad lalu.[]

Leave a comment