Cegah KDRT dan Stunting, PSGA STAIN Meulaboh adakan Workshop

HUMAS, STAIN Meulaboh – Kasus kekerasan dalam rumah tangga dan stunting masih menjadi pembicaraan hangat, oleh karenya Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh mengadakan workshop Pemberdayaan gender dan anak dengan tema Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga dan stunting pada anak, Rabu, 16 November 2022 di Gampong Pasie Masjid, Meulaboh.

Stunting menurut WHO merupakan gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang serta stimulasi psikososial yang tidak memadai.

“Seorang anak teridentifikasi stunting jika tinggi badan menurut usianya lebih dari dua standar deviasi serta di bawah ketetapan standar pertumbuhan WHO,” terang Julia Wirna, dari Dinas Kesehatan Aceh Barat selaku pemateri pada kegiatan tersebut.

Ia menambahkan, sedangkan menurut Kementerian Kesehatan, stunting merupakan masalah kekurangan gizi yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.

“Masalah gizi buruk ini bahkan berdampak pada gangguan pertumbuhan anak yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih rendah atau tidak mencapai rata-rata tinggi atau kerdil dari rata-rata usianya,” jelas Julia.

Stunting juga berdampak buruk terhadap Kesehatan anak, antara lain berat badan bayi rendah bagi bayi yang baru lahir, sering sakit, mudah tertular infeksi, gangguan perkembangan. Lebih pendek, mengalami lebih gizi/obesitas, IQ rendah serta prestasi sekolah rendah.

“Persoalan gizi dan stunting ini dimulai sejak dalam kandungan hingga dewasa. Saat dewasa, selain tubuhnya lebih pendek dari yang lain, stamina rendah, juga rentan terserang penyakit seperti darah tinggi, diabetes hingga jantung,” ungkapnya.

Untuk mencegah stunting, pemerintah telah melakukan beberapa langkah, antara lain dengan Gerakan imunisasi pada anak serta 10 intervensi stunting, antara lain bagi remja dengan penabahan tablet tambah darah (TTD) dan screening anemia, bagi ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan rutin, pemberian tablet TTD, pemberian makanan tambahan bagi ibu Kekurangan Energi Kronis (KEK).

Sedangkan bagi remaja dilakukan pemantauan tumbuh kembang, pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan protein hewani bagi bayi di bawah dua tahun serta peningkatan cakupan dan perluasan jenis imunisasi.

“Untuk itu kita sangat berharap Ibu-Ibu lebih peduli dengan Kesehatan anak-anaknya, bahkan sejak dalam kandungan, jangan sampai setelah dari puskesmas, tablet TTD disimpan di lemari, tidak diminum,” harap Julia.

Bersama Cegah KDRTAyu Ningsih, Direktur Lembaga Advokasi Perempuan dan Anak (LAPA) Aceh menyebutkan kenyataan bahwa kecenderungan meningkatnya kasus KDRT yang dilaporkan, justru menunjukkan adanya kesadaran masyarakat tentang kekerasan khususnya kekerasan yang terjadi di ranah rumah tangga.

“Hal ini juga menunjukkan keberanian perempuan korban untuk melaporkan kasus KDRT yang dialaminya,” ujar Ayu Ningsih, seorang aktvis perempuan yang pernah menjabat wakil Ketua Komisi Pengawas dan Perlindungan Anak Aceh (KPPAA).

Meskipun demikian, dalam perjalanannya, banyak kasus yang dicabut oleh pelapor sekaligus korban karena banyaknya beban yang harus ditanggung sendiri oleh korban.

“Seperti kuatnya budaya Partriarki, dokrin agama, adat yang menempatkan perempuan korban KDRT dalam situasi yang sulit keluar dari lingkaran kekerasan yang dialaminya, mereka juga cenderung ragu mengungkapkan fakta kekerasan, bahkan di beberapa kasus, korban sulit mendapatkan dukungan dari keluarga maupun komunitas,” terang Ayu Ningsih saat menyampaikan materinya pada workshop Pemberdayaan gender dan anak PSGA STAIN Meulaboh.

Ia melanjutkan, Adapun KDRT tidak hanya berupa kekerasan secara fisik, namun juga psikis, kekerasan seksual hingga kekerasan ekonomi.

“Mungkin kita semua tahu kekerasan fisik seperti memukul, menampar, mencubit, menendang, hingga pembunuhan, namun kekerasan psikis juga sangat berpengaruh dalam persoalan ini, seperti menghina, memaki, mengancam, intimidasi hingga membully,” terang Ayu.

Selain itu kekerasan seksual sangat sensitif, karena termasuk ranah tabu, terutama di dalam rumah tangga.

“Seperti pemaksaan alat kontrasepsi, pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan dan dengan cara tidak disukai, menyakiti, hingga tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan ataupun tanpa alat yang menimbulkan sakit, luka atau cedera,” ungkap Ayu.

Sedangkan kekerasan ekonomi, yang sering terjadi antara lain ekspoitasi, ekonomi, penelantaran, pengabaian nafkah dan lain sebagainya.

Adapun penyebab KDRT antara lain karena anggapan laki-laki dan perempuan berada di posisi yang tidak setara, faktor ekonomi, faktor budaya, pemahaman keliru terhadap penafsiran pemahaman agama yang menyebabkan posisi perempuan merupakan subordinasi dari laki-laki, tidak adanya pengetahuan dari kedua belah pihak bagaimana mengimbangi dan mengatasi masalah ketimpangan relasi kuasa antara suami istri serta berbagai persoalan lainnya.

“Sebagai upaya mencegak kasus KDRT, terdapat UU-PKDRT, bahwa pemerintah bertanggungjawab dalam pencegahan KDRT, dengan merumuskan kebijakan KDRT, menyelenggarakan komunikasi, informasi dan edukasi tentang KDRT, menyelenggarakan advokasi dan sosialisasi terkait KDRT serta menyelenggarakan Pendidikan dan pelatihan sensitif gender dan isu KDRT,”

“DI sisi lain, masyarakat dapat ikut andil dalam pencegahan KDRT, seperti mencegah berlangsungnya tindak pidana, memberikan perlindungan dan pertolongan kepada korban, hingga membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan,” ucap Ayu NIngsih.

Sementara itu, Ummi Zikriati yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menyatakan bahwa Islam sangat memuliakan perempuan, dan sangat melarang perlakuan kekerasan dalam rumah tangga. Sedangkan untuk masalah stunting, menurut beliau, Islam juga menganjurkan menyiapkan generasi masa depan yang sehat jasmani rohani serta keimanan yang kuat.

“Salah satunya dengan memberikan makanan yang tidak hanya bersih dan sehat namun juga halal,” tutup Ummi Zikri.

Kegiatan tersebut merupakan program Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh yang dilaksanakan di gampong Pasie Masjid, yang merupakan desa binaan STAIN Meulaboh.

“Kegiatan ini kita laksanakan di desa, agar materi yang disampaikan langsung menyentuh akar rumput,” tutur Arroyan Ramly, selaku Ketua P3M STAIN Meulaboh.[](Mell)

Leave a comment